BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Model
pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik bermakna dan
otentik.
Cara
pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap
kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan
kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembalajaran lebih efektif.
Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang studi yang relevan akan
membentuk skema, sehingga anak akan memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Perolehan kebutuhan belajar, pengetahuan, serta kebutuhan
pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu (William, 1976:116). Pembelajaran terpadu sangat
diperlukan di sekolah dasar, karena pada jenjang ini siswa menghayati
pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilihan
yang artificial (Richmond, 1977:31; Joni, 1996:1).
Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan yang menginput beberapa mata pelajaran yang
terkait secara harmonis untuk memperbaiki pengalaman belajar yang bermakna
kepada siswa. Pembelajaran ini merupakan model
yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995 : 615).
Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek materi belajar dan aspek kegiatan belajar mengajar.
Ditinjau
dari cara memadukan konsep, ketrampilan, topik, dan unit tematiknya menurut
seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat 10 model merencanakan
pembelajaran terpadu yang salah satunya adalah Model pembelajaran
berbentuk sarang/kumpulan (Nested).
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Model Berbentuk Sarang/Kumpulan (Nested)?
2. Bagaimana
karakteristik model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
3. Bagaimana langkah
– langkah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
4. Apa kelemahan model pembelajaran
berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
5.
Apa kelebihan model pembelajaran berbentuk
sarang/kumpulan (Nested)?
6. Bagaimana penerapan model pembelajaran
berbentuk sarang/kumpulan (Nested)?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari model
pembelajaran berbentuk
sarang/kumpulan (Nested)
2. Mengetahui
karakteristik model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
3. Mengetahui langkah – langkah model
pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
4. Mengetahui
dan memahami kelemahan model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan
(Nested)
5. Mengetahui dan memahami
kelebihan model pembelajaran berbentuk
sarang/kumpulan (Nested)
6. Mengetahui penerapan model pembelajaran
berbentuk sarang/kumpulan (Nested)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Model Pembelajaran Berbentuk
Sarang/Kumpulan (Nested)
Model Sarang (Nested) adalah
model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan
proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini
dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu
materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan
menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga
cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap
melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan
berfikir (thingking skill), keterampilan social (social skill),
dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23),
Menurut ( Udin Syaefudin Sa’ud, 2006 : 32 ) model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satuan jam
tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata
bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan ketrampilan dalam
mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan cirri bentuk dan
makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran
berbagai bentuk penguasaan konsep dan ketrampilan tersebut keseluruhanya tidak
harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Ketrampilan dalam mengembangkan
daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk
ketrampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan
mengarang puisi. Tanda terkuasainya ketrampilan tersebut dalam hal ini
ditunjukan oleh kemampuana mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
2.2. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Tipe Nested (Tersarang)
Menurut
Depdikbud (1996:3) pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa
karakteristik atau cirri-ciri, yaitu
a. Holistic
Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada
gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijaksana di
dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
b. Bermakna
Pengkajian
suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan
yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak kepada kebermaknaan dari
materi yang dipelajari. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
c. Otentik
Pembelajaran
terpadu juga memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep
yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung.Mereka
memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan
guru.Informasi dan pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih
otentik.Misalnya, hokum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan
eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator,
sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan pengetahuan. Guru
memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas
seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Aktif
Pembelajaran
terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang
optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga
mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa
keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes,
pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak.
2.3. Langkah
– langkah model pembelajaran berbentuk sarang/kumpulan (nested)
Pada dasarnya langkah-langkah
pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui
dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1) Tahap Perencanaan
a Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan
yang dipadukan.
Karakteristik
mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal. Seperti contoh yang
diberikan Fogary (1991:28) untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapt dipadukan
keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial. Sedangkan untuk mata
pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan
keterampilan mengorganisir.
b Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator.
Langkah ini
akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing
keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum
katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada tiga, yaitu: (1) keterampilan
berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3) keterampilan mengorganisasi.
d Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan
kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih dirumuskan tujuan
pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah
penulisan tujuan pembelajaran khusus (indicator) yang meliputi; audience,
baehaviour, condition dan degree.
e Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai
strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih
pada setiap langkah pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam
Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi
:
a
Guru
hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan
siswa menjadi pelajar mandiri
b Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok
c Guru perlu
akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam
proses perencanaan.
Tahap
pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran,
menurut Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk
suatu topic dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan
beberapa model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memahami model-model
pebelajaran terpadu dengan baik.
3) Tahap Evaluasi
Tahap
evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan
prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya
b
Guru perlu
mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
2.4. Kelebihan model pembelajaran berbentuk
sarang/kumpoulan (Nested)
kemampuan siswa lebih diperkaya lagi
karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan
mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna
kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
a.
Guru
dapat memadukan beberapa ketrampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata
pelajaran.
b.
Pembelajaran
semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah
tujuan dalam pengalaman belajar siswa.
c.
Pembelajaran
dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi
berfikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan
d.
Memberikan
perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak
memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara
luas.
2.5. Kelemahan model pembelajaran berbentuk
sarang/kumpulan (Nested)
Kelemahan model ini adalah dalam hal
perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan
beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada
mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya
bergeser prioritasnya pada keterampilan. Model
nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan mengumpulkan dua, tiga, atau
empat target belajar dalam satu latihan mungkin membingungkan siswa jika
pengumpulan ini tidak dilakukan secara hati-hati.Prioritas konseptual dari
latihan mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan
banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan. Model nested ini sangat cocok
digunakan guru yang mencoba menanamkan keterampilan berpikir dan keterampilan
kooperatif dalam latihan-latihan mereka. Menjaga tujuan isi tetap pada
tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir dan keterampilan sosial, akan
meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan.
2.6. Penerapan model pembelajaran bentuk
sarang/kumpulan (nested) dalam proses
pembelajaran
Model nested di sekolah dasar dapat
diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya, diawali
dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran dan jenis
keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub pokok
bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku yang
diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain yang akan
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka
ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi
pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan
dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran
secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak
membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
tipe
nested (tersarang) adalah salah satu metode pembelajaran terpadu yang
mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan
fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan
oleh seorang guru kepada siswanyadalam suatu unit pembelajaran untuk
ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan-keterampilan
belajar itu meliputi keterampilan berfikir (thingking skill),
keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing
skill).
Metode
atau pembelajaran ini digunakan dalam satu mata pelajaran yang telah ditentukan
terlebih dahulu. Namun pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe
nested(tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap
pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Pembelajaran
terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang
optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga
mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
Dengan
pembelajaran ini siswa dapat berfikir lebih kreatif, karena guru hanya sebagai
fasilitator maka murid dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan
pembelajarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar