BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pernahkah anda sebagai pendidik
mengalami kejenuhan saat mengajar karena siswa tidak serius mendengarkan apa
yang sedang dijelaskan? Pernahkah anda berpikir anak tidak serius karena tidak
tertarik metode yang digunakan? Pernahkah anda berpikir untuk mengubah metode
dengan suatu model pembelajaran yang menarik? Bagaimana metode atau model
pembelajaran yang menarik? Tulisan ini disusun untuk membantu guru dalam
mencari alternatif pembelajaran terpadu di
sekolah dasar.
Pembelajaran yang dikembangkan
diharapkan dapat memberikan kebermaknaan belajar siswa di sekolah dasar.
Konsep-konsep sains yang diberikan hendaknya saling terkait dengan hal-hal yang
sudah diketahui oleh siswa dan berhubungan dengan masa depan siswa. Hal ini
sejalan dengan salah satu fungsi sains yaitu mengembangkan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan sains dan teknologi
dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar akan menjadi lebih efektif
apabila kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perkembangan intelektual anak
(Semiawan, 1990:3). Selain itu juga guru di kelas perlu mengenal setiap anak
didik dan bakat-bakat khusus yang mereka miliki agar dapat memberikan
pengalaman pendidikan yang dibutuhkan oleh masingmasing siswa untuk dapat
mengembangkan bakat-bakat mereka secara optimal sesuai dengan tujuan
pendidikan. Anak usia sekolah dasar masih suka bermain, memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan mudah terpengaruh lingkungan. Dengan demikian pembelajaran
di sekolah dasar harus diusahakan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu
guru perlu mengetahui prinsip belajar sambil bermain dan prinsip keterpaduan,
karena anak usia sekolah dasar masih berada pada tahap perkembangan yang
bersifat holistik (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran di SD hendaknya
diusahakan terpadu antara pengalaman, perkembangan dan lingkungan.
Pembelajaran terpadu model integrated
merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dengan
memprioritaskan konsep-konsep, keterampilan-keterampilan dan sikap yang dapat
dipadukan dari masing–masing mata pelajaran (Fogarty, 1991:74). Pembelajaran
terpadu model integrated sebenarnya dapat dilaksanakan dengan leluasa
mengingat sekolah dasar menganut sistem guru kelas sehingga memungkinkan guru
merencanakan model pembelajaran terpadu. Sesungguhnya perkembangan anak sekolah
dasar bersifat holistik, terpadu dan saling terkait erat satu dengan yang
lainnya, sehingga lebih mudah dan bermakna bagi anak sekolah dasar untuk
mempelajari segala sesuatunya secara utuh.
Perkembangan fisik tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional atau sebaliknya.
Perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan lingkungan
(Kartadinata & Dantes, 1997:18).
Dalam Kurikulum 1994 (SD) terlihat jelas
bahwa mata pelajaran dipisah secara tegas dan tidak ada kaitan konseptual, baik
intra maupun antar mata pelajaran. Hal ini memungkinkan terjadinya : (1)
pengkotakan secara ketat; (2) pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan
aspek kognitif, kurang memperhatikan aspek lainnya; dan (3) sistem evaluasi
lebih berorentasi pada “testing” dengan menekankan pada reproduksi informasi.
Sementara itu kurikulum 2013 lebih memberikan keleluasaan kepada guru sebagai
pelaksana kurikulum untuk mengem-bangkan desain pembelajaran sendiri sesuai
dengan kondisi setempat dan dianggap paling tepat untuk dapat mencapai
indikator pencapaian hasil belajar. Selain itu sebaran materi yang tidak
terlalu dibatasi secara kaku oleh caturwulan atau semester lebih memungkinkan bagi
guru untuk melaksanakan pembelajaran secara terpadu (lintas mata pelajaran)
dalam satu tingkat kelas. Dalam kurikulum 2013 materi pelajaran dalam satu
tahun ajaran dapat dipindah atau ditukar, dan penilaian dilakukan secara
menyeluruh dengan portofolio.
Uraian di atas menunjukkan bahwa guru
dalam posisi sulit, di satu pihak guru dituntut untuk menyelesaikan target
kurikulum, ia harus memberikan seluruh materi kurikulum kepada anak dengan
waktu terbatas dengan penilaian hasil belajar lebih mengukur pada aspek
kognitif, sedangkan di pihak lain guru dituntut untuk melakukan pembelajaran
lebih bermakna. Oleh karena itu pembelajaran terpadu model integrated
ditawarkan sebagai suatu model yang dapat diterapkan dengan harapan
pembelajaran dapat menarik siswa dan hasil belajar dapat ditingkatkan secara
optimal
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan
model pembelajaran integrated?
2.
Bagaimana contoh penerapan
model pembelajaran integrated dalam pembelajaran (khususnya di SD)?
3.
Apa sajakah kelebihan dan
kekurangan dari model pembelajaran integrated?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui dan lebih
memahami apa yang dimaksud dengan model pembelajaran integrated agar kelak para
guru dan calon guru tidak merasa kebingungan ketika model ini bisa dijadikan
sebagai salah satu model yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi
pembelajaran.
2.
Untuk memberikan pemahaman
pada guru dan calon guru mengenai penerapan model pembelajaran integrated ini
ketika diimplementasikan dalam kelas (khususnya di SD).
3.
Untuk memberikan pengetahuan
bahwa suatu model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, begitupun dengan model pembelajaran integrated ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran Terpadu Model
Integrated
Menurut Fogarty (1991:76) pembelajaran terpadu model
integrated merupakan pendekatan belajar mengajar yang memadukan empat atau
lebih mata pelajaran dengan memprioritaskan konsep-konsep,
ketrampilan-ketrampilan atau sikap yang dapat dipadukan dari masing-masing mata
pelajaran yang bertolak dari tema sentral. Pembelajaran terpadu model integrated
secara psikologis dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak,
karena anak mengalami secara langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep
lain. Hal ini sesuai dengan falsafah I hear- I forget, I see- I remember, I
do- I understand.
Dengan demikian pembelajaran terpadu model integrated
dapat memberikan peluang yang besar bagi peningkatan hasil belajar dan
pengembangan kreativitas siswa secara bermakna ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran yang optimal. Sesuai taraf perkembangannya siswa melihat dunia
sekitarnya secara menyeluruh dan belum dapat memisahkan bahan kajian yang satu
dengan lainnya. Untuk itu perlu direncanakan suatu model pembelajaran yang bersifat
terpadu dengan menggunakan tema sebagai payung untuk mengaitkan beberapa konsep
(Fogarty, 1991:55).
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah dasar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dan bermakna,
diterapkan model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas anak serta
memperhatikan cara berpikir anak. Siswa sendiri aktif membangun pengetahuannya,
yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989:43) siswa sekolah
dasar berada dalam tahap operasi konkret, berarti anak perlu benda-benda
konkret untuk membantu proses belajar. Kemudian ia juga menyatakan bahwa
melalui bermain anak-anak dapat mengekspresikan dunianya, kompetensinya dan
upaya mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga daya kreasi dan kreativitas
anak terbina dalam proses bermain.
Peter (dalam Depdikbud, 1995) menyatakan bahwa nilai
tambah pembelajaran terpadu tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru.
Melalui pembelajaran terpadu, siswa diharapkan dapat memahami suatu
permasalahan secara menyeluruh. Dengan demikian siswa lebih memahami arti
kehidupan, yang saling terkait antara konsep pelajaran dengan masalah yang ada
di sekitar. Selain itu siswa juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains,
berkomunikasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Bagi guru
pembelajaran terpadu dapat meningkatkan keterampilan mengorganisir dan
merencanakan pengajaran serta membina semangat kerja sama dengan teman sejawat.
Pembelajaran terpadu model integrated perlu
dikembangkan pada suatu pembelajaran di SD, karena lebih memungkinkan siswa
untuk memahami suatu fenomena dan berbagai segi. Penerapan pembelajaran terpadu
model integrated lebih memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antarskemata (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa sesuai dengan potensi yang
ada pada diri siswa.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran terpadu model
integrated memiliki keterbatasan, terutama pada aspek penilaian. Penilaian
instruksional pembelajaran terpadu lebih banyak menuntut guru tidak hanya
melakukan penilaian akhir tetapi menuntut penilaian proses yang lebih
komprehensif, sehingga menuntut penilaian yang lebih beragam.
Pembelajaran terpadu model integrated menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran, yang dalam pelaksanaannya perlu upaya
penggabungan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas materi
esensial, serta keterampilan dan sikap yang bertolak dari tema sentral. Guru
pertama-tama menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang akan
diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan.
Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki
hubungan erat dari beberapa mata pelajaran bertolak dari tema sentral yang
telah ditentukan. Contoh pembelajaran terpadu model integrated diterapkan
di kelas 4 dengan tema teknologi yang memadukan mata pelajaran sains,
matematika, ilmu sosial dan Bahasa Indonesia.
Pembelajaran integrated (terpadu) merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa
akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada
pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu tipe integrated (keterpaduan) adalah tipe
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi,
menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam
beberapa bidang studi (Fogarty, 1991: 76).
Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih,
sehingga bila dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien.
Konsep-konsep semacam ini memerlukan pembelajaran model integrated atau shared.
Pada model integrated, materi pembelajaran adalah KD-KD atau konsep-konsep
dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared, KD-KD atau
konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi
dimulai dari bagian yang beririsan.
B. Implementasi Model Pembelajaran
Integrated
Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui
pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Wacana perubahan pada kurikulum 2013 semua kelas pada sekolah
dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan model tematik
integratif tidak meninggalkan model dan metode pembelajaran yang lain. Tematik
integratif merupakan model payung. Strategi pembelajaran lain yang bertujuan
untuk meningkatkan kecakapan tertentu tetap dilaksanakan dengan pendekatan
tematik integratif. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar
dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.
Persoalan yang muncul selama
ini dalam penerapan pembelajaran tematik integratif adalah ketidakberanian dan
kegamangan guru dalam menerapkan tematik integratif selain pendekatan standar
isi yang masih pendekatan mata pelajaran juga karena kurangnya pengetahuan.
Penerapan pendekatan tematik integratif membutuhkan persiapan dan kompetensi
yang memadai. Clark (2005) menjelaskan untuk merancang dan melaksanakan
kurikulum integartif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) filosofi; 2) mengembangkan
staf; 3) komunitas pembelajar yang mendukung (supportive learning communities); dan 4) Kepemimpinan yang
berdedikasi.
1)
Filosofi, perencana dan pelaksana kurikulum harus memahami
filosofi dan teori yang melandasi pembelajaran integratif dan berpusat pada
siswa; dan filofosi dan teori materi pelajaran. Penerapan sebuah metode
pembelajaran harus didasari pada teorinya. Penguasaan filosofi dan teori yang
kuat, memberi keyakinan keberhasilan pelaksanaannya. Perencanaan pembelajaran
yang dimulai dari merumuskan indikator pembelajaran sebagai penjabaran standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) membutuhkan penguasaan filosofi dan
teori atau isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan
memperhatikan isi materi, pencapaian kecakapan dan perilaku (afektif), serta
ranah psikomotor. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menyiapkan
strategi pembelajaran yang tepat membutuhkan pemahaman terhadap strategi
tersebut.
Contoh penerapan model
pembelajaran integrated di kelas 1
Perumusan
indikator pembelajaran memerlukan kecermatan untuk tidak meninggalkan keluasan
dan kedalaman materi; berpikir tingkat tinggi; kecakapan afektif dan
psikomotor; dan pendidikan karakter. Perumusan indikator pembelajaran didahului
dengan melakukan pemetaan materi yang diawali dari tema.
Tema
: Diri Sendiri
Isi
Materi :
Nama
Anggota tubuh
Jenis kelamin
Kesukaan terhadap warna
Kesukaan terhadap benda
Alamat rumah
Kesukaan terhadap makanan
Berdasarkan materi yang
tercantum pada di atas dan dari esensi diri pribadi, dan taksonomi tujuan
pembelajaran Bloom (Anderson dan Krathwohl, 2001) indikator pembelajaran yang
dapat didiskusikan sebagai berikut :
1)
menyebutkan nama sendiri dengan pelafalan dan intonasi yang benar
2)
mendiskusikan dengan teman sebangku bagian anggota tubuh
3)
menghitung jumlah anggota tubuh dan benda yang menempel pada
tubuhnya
4)
memerinci waktu bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sekolah,
dan tidur malam
5)
membandingkan ciri-ciri diri sendiri dengan teman lainnya
6)
mengidentifikasi, menyusun dan menjiplak huruf-huruf
penyusun namanya
Contoh penerapan model
pembelajaran integrated di kelas 4
Penerapan
model pembelajaran integrated (terpadu) memadukan SK/KD masing-masing mata
pelajaran yang saling terhubung untuk membangun suatu topik utama. Gabungan
dari masing-masing KD menjadi dasar dalam menentukan indikator pembelajaran dan
tujuan pembelajaran.Ambil contoh kelas IV untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
KD Bahasa Indonesia:
Ø Menulis petunjuk untuk
melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu (menulis).
KD IPA:
Ø Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
KD IPS:
Ø Membaca peta lingkungan
setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
KD Matematika:
Ø Melakukan operasi perkalian dan
pembagian.
KD Gabungan yang dapat didiskusikan adalah:
Ø menulis petunjuk penggunaan
alat peraga struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya, dan menemukan skala
antara alat peraga dengan rata-rata tinggi badan siswa.
2)
Mengembangkan staf. Staf dalam konteks ini adalah semua pemangku
kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas
Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga
Kependidikan. Pada tataran pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari, yang
terlibat secara langsung adalah LPMP (khususnya Widyaiswara); Pengawas Sekolah;
Kepala Sekolah; dan Guru. Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan
teori pembelajaran tematik integratif, dan strategi pembelajaran dari sisi
keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan pengembangan kompetensi
yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya dilakukan secara
sistematis.
3)
Komunitas Pembelajaran yang Mendukung (supportive learning
communities). Sekolah sebagai organisasi dituntut untuk menjadi organisasi
pembelajar (learning organisation).
4)
Kepemimpinan yang berdedikasi. Peran pemimpin dalam sebuah
organisasi adalah: menciptakan visi, membangun tim, memberikan
penugasan, mengembangkan orang, dan memotivasi anak buah (Arjanti, 2012).
C. Langkah-langkah
Penerapan Model Pembelajaran Integrated
Tahap
ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagaiunsur inti
dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Secara prosedural
langkah-langkah kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tigalangkah sebagai
berikut:
1. Kegiatan awal/pembukaan
(opening)
Tujuan
dari kegiatan membuka pelajaran adalah
Pertama,
untuk menarikperhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti
meyakinkan siswabahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
berguna untukdirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa;
melakukan interaksiyang menyenangkan.
Kedua,
menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapatdilakukan dengan cara seperti
membangun suasana akrab sehingga siswa merasadekat, misalnya menyapa dan
berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkanrasa ingin tahu, misalnya
mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yangsedang hangat dibicarakan;
mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akandilakukan dengan
kebutuhan siswa.
Ketiga,
memberikan acuan atau rambu-rambutentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang
dapat dilakukan dengan caraseperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta
tugas-tugas yang harusdilakukan dalam hubungannya dengan pencapian tujuan
(Sanjaya, W., 2006:41).
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan
kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalamkegiatan inti dilakukan
pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan
menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru
dalam penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator
(Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu berperan sebagai model
pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara aktif dalam
kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam mempelajari
tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang disebutkan oleh
Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi
dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.
Dengan demikian pada langkah kegiatan
inti guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan lingkungan
belajar sedemikian rupa agarmurid aktif mempelajari permasalahan berkenaan
dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan melalui berbagai
kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau disebut dengan
belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988: 188). Untuk itu
maka selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata
berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan,
melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber
bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama
proses pembelajaran hendaknya guru selalu memberikanumpan agar anak berusaha
mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru
melalui pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk
berfikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud
untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa
serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat
keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah
meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir
pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan
dengan merangkum inti pelajaran atau membuat ringkasan. Sedangkan dalam
kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk mendemontrasikan
keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan
pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis
(Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan evaluasi Vogt
(2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan secara kolaboratif dan sportif
antara siswa dan guru. Assessment dapat dilakukan secara formal maupun informal. Formal
assessment dapat berupa tes khusus seperti membaca, menulis dan
penggunaan bahasa, sedangkan informal assessment berkaitan dengan kemajuan
siswa yang dapat dilakukan melalui catatan anekdot, observasi, diskusi
kelompok, refleksi dan laporan kelompok belajar. Self assessment bagi siswa
akan membantu untuk dapat mengukur kemajuan diri. Mereka juga dapat
mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Caranya dapat menggunakan
checklist, refleksi tertulis, journal.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Integrated
1.
Kelebihan Model Integrated
Menurut
Fogarty (1991 : 57) kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah:
1) Faktor
motivasi, karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat.
2) Penulisan
dari unitnya sangat dikenal oleh guru.
3) Model
ini merupakan perencanaan kurikulum yang to the point sehingga mudah
ditangkap oleh guru yang kurang berpengalaman.
4) Model
ini juga mendorong timbulnya perencanaan bersama karena sebuah timlintas
mata pelajaran bekerja bersama agar tema itu dapat digunakan oleh semua mata
pelajaran .
5) Siswa
akan dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dapat saling
berhubungan.
Lebih
lanjut Tim Pengembang PGSD (1996:7) mengemukakan kelebihan yang terdapat
dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1) Pengalaman
dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
2) Kegiatan
yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
3) Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama.
4) Pembelajaran
tematik menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
5) Menyajikan
kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan anak.
6) Menumbuh
kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi,
dan respek terhadap gagasan orang lain.
2. Kekurangan
Model Integrated
1)
Guru
dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
2)
Tidak
setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat.
3) Pengintegrasian
kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya
sumber belajar yang beraneka ragam.
4) Dalam
penerapannya, sulit menerapkan tipe ini secara penuh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran integrated (terpadu) merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Penerapan pembelajaran terpadu (tematik integratif) perlu
ditetapkan wilayah keterpaduannya, apakah dalam satu mata pelajaran, multi mata
pelajaran, antar mata pelajaran atau trans mata pelajaran. Persiapan,
monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara
berkesinambungan untuk memastikan keefektifan dan keefisienannya.
Setiap model pembelajaran ada keunggulan dan
kelemahan, untuk mengatasi kelemahan dari sebuah model pembelajaran bergantung
kepada bagaimana guru mengimplementasikan model pembelajaran tersebut dalam
bentuk kemasan yang lebih efektif dan efisien. Hasil ujicoba sementara
menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu model integrated dapat diterapkan di
sekolah dasar sebagai alternative pembelajaran dengan keunggulan antara lain:
dapat meningkatkan perolehan hasil belajar; dapat memotivasi anak; anak lebih
aktif dan kreatif; hubungan guru dengan anak cukup akrab sehingga siswa lebih
berani bertanya. Namun demikian ditemukan juga kelemahan seperti tenaga, waktu,
biaya dan keterampilan lainnya sehingga berpengaruh terhadap penelitian
pembelajaran terpadu model integrated di sekolah.
B. Saran
Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar, diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian
dan perlakuan. Peranan guru dalam pembentukan pola kegiatan belajar mengajar di
kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari” saja,
melainkan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar anak”.
Pengalaman belajar anak diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk
mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
buatan, serta berkonsultasi dengan nara sumber lain.
Untuk menjadikan siswa aktif dan kreatif dengan
terkendali sebaiknya diberikan penilaian secara menyeluruh dan autentik baik
terhadap produk berupa tes
setelah
pembelajaran berlangsung dan penilaian kinerja yang dilakukan ketika proses
pembelajaran
berlangsung dengan observasi keterampilan dan sikap. Mendeteksi
kadar
aktivitas setiap siswa dalam pembelajaran memang sulit dilakukan. Cara yang
efektif
dilakukan guru disarankan untuk mengamati kegiatan kelompok sesuai dengan
jumlah pengelompokan siswa.
Tulisan ini hanya merupakan salah satu alternatif
model pembelajaran terpadu di sekolah. Untuk pengembangan di sekolah guru dapat
mengemasnya dengan cara lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan
kondisi sekolah
Gambar
Model Integrated
Tidak ada komentar:
Posting Komentar