Selasa, 16 Juni 2015

MEMACU MINAT MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR

MEMACU MINAT MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR

Abstrak
Penulis ingin mengajak rekan-rekan guru terutama di sekolah dasar untuk memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan benar. Siswa-siswa jangan hanya dijejali dengan pengetahuan bahasa saja tapi melalui pelajaran Bahasa Indonesia siswa dibimbing untuk terampil menggunakan bahasa.
Guru membimbing siswa untuk terampil/mempunyai kompetensi dalam mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Semuanya ini berguna untuk menunjang mata pelajaran ini.
Yang akan dibahas dalam tulisan ini keterampilan membaca sebagai langkah awal untuk membangkitkan minat baca siswa.
Marilah disadari bahwa dalam mengajar siswa untuk membaca bukan hal sepele, yang dapat diabaikan begitu saja, yang dapat diberi tugas lalu kelas ditinggal, lalu guru datang lagi dengan “segudang” pertanyaan. Karena itu, marilah belajar bersama untuk mempelajari jenis-jenis membaca sehingga dapat memacu siswa untuk dapat gemar membaca dan menjadi pelajaran membaca sesuatu yang menyenangkan.

Kata Kunci: Membaca, Bahasa Indonesia, Minat

A. PENDAHULUAN
Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa di sekolah dasar adalah keterampilan membaca yang didasari oleh kemampuan membaca. Mampu membaca tidak berarti secara otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil membaca tidak mungkin tercapai tanpa memiliki kemampuan membaca. Tapa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, siswa juga akan mengalami kesulitan belaja di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa itu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya. Membaca bagi manusia sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar seperti kebutuhan manusia akan makanan, pakaian dan lain sebagainya.
Sebagian besar orang Indonesia belum sampai pada tahap menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan yang mendasar. Padahal membaca sangat perlu. Dengan membaca seseorang dapat memperluas wawasan dan pandangannya, dapat menambah dan membentuk sikap hidup yang baik, sebagai hiburan serta menambah ilmu pengetahuan, dengan membaca dapa dihidari sikap picik dan fanatisme yang negative.
Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka guru perlu memacu siswanya untuk membaca dengan benar dan selektif. Secanggihatau sebaik apapun suatu metode membaca tidak akan berhasil jika gurunya tidak mampu melaksanakannya serta hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Karena itu peranan guru sangat mendukung keberhasilan siswanya.

B. PEMBAHASAN
1.    MANFAAT MEMILIKI MINAT BACA
Minat dan kebiasaan membaca perlu dikembangkan secara terprogram dan terencana. Anak memiliki berbagai ptensi yang dapat dan perlu dikembangkan, terutama petensi “ingin tahu”. Anak memmang serba intin tahu, hal ini perlu disaurkan secara positif. Rasa ingin tahu anak dapat dikembangkan melalui buku. Untuk menjadikan anak menyenangi buku perlu dimulai dan dipupuk sejak dini, sejak TK atau masuk SD.
Kondisi anak didik saat ini umunya kurang menyenangi buku, minat baca tidak menonjo, dan mereka lebih suka menonton televise. Membaca dilakukan terbatas pada buku-buku pelajaran pokok yang digunakan di sekolah. Itu pun bagaikan terpaksa, karena akan diadakan ulanga, atau karena guru member pekerjaan rumah. Ketekunan membaca hanya dimiliki beberapa orang anak saja di sekolah. Akibatnya pengetahuan anak sangat terbatas, penguasaan bahasa menjadi lambat bahkan kemampuan menangkap isi bacaan juga rendah. Ini harus dijadikan suatu tanda dan peringatan bagi guru dan orang tua, bahwa “minat baca” anak harus dipupuk, dikembangkan. Apabila menat baca “tinggi” guru akan lebih mudah dan ringan dalam melaksanakan tugasnya. Anak-anak akan lebih aktif, mencari dan menggali pengetahuan. Anak akan mengisi sendiri wadah rasa “ingin tahuny”. Suasana kelas akan lebih hidup, anak belajar aktif dikelas dan belajar akan lebih mempunyai makna.
Menurut seorang ahli, “katakanlah kepada saya apa bacaan anda, saya akan segera dapat menilai sikap anda”. Ungkapan itu bermakna bahwa pribadi seseorang dapat dikenal melalui bacaannya karena bahan bacaan dapat membentuk kepribadian. Oleh karena itu perlu mengajari anak untuk selektif dalam memilih bacaannya.
Dalam memasuki era globalisasi pada saat ini, peran membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan membaca diperlukan untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Derasnya arus informasi dan komunikasi dewasa ini menyebabkan apa yang kit ketahui hari ini, tentang kemarin, mungkin tadi pagi atau tadi malam telah berubah.
Pengembangan minat baca ini perlu ditinkatkan secara berkesinambungan agar terbentuk masyarakat yang berbudaya membaca. Khususnya di negar ini, cara yang efektif popular untuk memperoleh informasi adalah melalui bacaan. Oleh karena itu sejak dini masyarakat perlu dimotivasi agar senang dan biasa membaca.
Pada guru harus empunyai kemampuan dan kemauan untuk membaca sehingga dlam melaksanakn proses pembelajaran guru tidak hanya mengandalkan ilmu yang perna dipelajarinya sebelaum menjadi guru. Apabila guru menganggap bahwa ilmu yang dimilikinya sudah memadai dan tidak mengikuti perkembangan ilmu itu, maka dapat menimbulkan konflik antara guru dengan anak didik, karena materi yang diajarkan kepada anak didik mungkin sudah “basi”. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi bila guru senantiasa mengikuti perkembangan zaman dengam membaca.
Sebenarnya tujuan dari pengemganan minat baca ini antara lain untuk:
1. Mendorong minat dan kebiasaan membaca agar tercipta masyarakat yang berbudaya membaca;
2. Meningkatkan layan perpustakaan;
3. Menciptakan masyarakat informasi yang siap berperan serta dalam semua aspek pembangunan;
4. Memiliki pengetahuan yang terkini, bukan yang sudah “basi”;
5. Meningkatkan kemampuan berpikir; dan
6. Mengisi waktu luang.
7. Minat baca dapat ditumbuhkan dan dikembangkan, sehingg menjadi kebiasaan melalui penguasaan teknik membaca yang tepat. Teknik membaca yang tepat dapat membuat membaca lebih efisien, efektif, serta menarik.

2.    TEKNIK-TEKNIK MEMBACA DAN LANGKAN-LANGKAH PELAKASANAAN
Membaca permulaan bertujuan memerikan kemampuan dasar untuk membaca yaitu siswa mengenal/mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Yang akan dibahas dalam tulisan ini buknan lagi tentang teknik membaca permualaan (kelas 1 dan 2 SD), tapi akan dibahas tentang teknik membaca lanjutan (dimulai di kelas tiga sekolah dasar). Tujuan membaca lanjutan ialah untuk memperoleh informasi secara tepat, cepat dan lengkap.
Tekni Membaca Lanjutan
Berikut ini akan dibahas enam teknik memaca lanjutan yang perlu diketahi guru, yang berguna untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca.
a. Membaca Teknik (Membaca Bersuara)
Kurikulum 2004 tertera membaca teks bersuaru, teks agak pende, teks agak panjang, atau teks panjang (diliha dari kompetensi yang ingin dicapai). Membaca tkenis bertujuanuntu menambah kelancaran siswa mengubah lambing-lambang tertulis menjadi suara atau ucapan yang mengandung makna. Membaca teknis menekankan pada segi “menyuarakan yang dibaca”. Pada tahapini guru harus hati-hati dan mengawasi bagaiman menyuarakan lambing tertuli itu. Membaca teknismasih merupakan bagian terbesar dari kegiatan membaca di kelas I dan II sekolah dasar. Kegiatan membaca teknis makin menurun frekuendinya pada kelas tinggi sekolahdasa dan kegiatan membaca ini lebi ditujukan untuk memelihara dan melatih kemampuan membaca. Contoh membaca teknis ialah orang membacakah berita di televisi atau radio, membacakan puisi atau membacakan dongeng. Semua itu membutuhkan teknik membaca.
Dalam membaca teknis yang perlu diperhatikan adlah pelafalan vocal maupun konsonan, nada/lagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan kata/frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan membaca teknis adalah sebagai berikut:
1. Siswa diberi waktu 5 minit untuk membaca bacaan yang disajikan dengan caranya sendri. Tujuan kegiatan ini agar siwa mempunyai gambaran umum tentang bacaan yang akan dibaca, siswa juga dapat mempersiapkan cara mengucapkan kata-kata tertentu atau menentukan pemenggalan kalimat.
2. Siswa diberi kesempatan menanyakan kata-kata yang dianggap baru atau sulit, yang belum diketahui maknanya supaya siswa terbantu dalam menghayati maksud bacaan
3. Melakukan tanya jawab dan guru menjelaskan struktur kalimat yang dianggap baru atau sulit, termasuk cara memenggal dan mengucapkan kalimat.
4.Guru memberikan contoh membaca yang baik dengan menonjolkan lafal kata, pemenggalan, lagu kalimat dan ekspresi. Contoh ini dapat pula dilaksanakan dengan jalan menunjukkan dua atau tiga orang siswa yang dianggap cakap dalam membaca.
5. Mengadakan tanya jawab ringan tentang isi wacana, berurutan dari paragraph pertama sampai dengan terakhir. Cara ini bermanfaat untuk menolong siswa dalam menghayati maksud wacana yang disajikan, sebelum siswa mendapatkan giliran membaca.
6. Setelah itu guru memberikan giliran membaca kepada beberap siswa, sambil memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa.
Pelajaran membaca teknis merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia dalam keterampilan membaca, karenaitu tidak dibenarkan menggunakan satu pertemuan hanya untuk membaca teknis. Untuk menhindari kebebosanan setelah memberikan giriliran kepada sekitar 5 atau 6 orang siswa, dilanjutkan dengan keterampilan bahasa yang lain, misalnya keterampilan berbicara atau keterapilan munulis, dengan menuliskan kesimpulan bacaan tersebut.
b. Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati ialah cara tau teknk membaca tanpa suara. Jenis membacaini perlu lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Dalam kurikulum 2004 tertera membaca sekilas, membaca memindal, membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat digolongkan kedalam membaca dalam hati. Membaca dalam hati berbeda dengan membaca teknis. Mambaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat dalam hati lebih cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca dalam hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan membaca/wacana apapun. Jangan biarkan siswa membaca menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat-kamit, karena kegiatan ini akan menghambat kecepatan siswa dalam membaca.
Membaca dalam hati dapat diperkenalkan sejak siswa berada dikelas II sekolah dasar, tapi secara intensif diberikan pada siswa kelas III dengan tujkuan membaca dalam hati ialah melatih kemampuan siswa dalam memahami isi wacan/bacaan. Membaca dalam hati cocok untuk keperluan studi dan menambah ilmu pengetahuan/informasi. Setelah siswa membaca diberi tugas untuk menjawab pertanyaan, bacaan ditutup. Guru hendaknya tidak hanya member pertanyaan ingatan, atau sebaliknya hanya memberi pertanyaan pikiran saja. Pertanyaan ingatan menanyakan tentang isi bacaan, sedangkan pertanyaan pikiran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memaham/menanggapi seluruh isi bacaan. Pada saat awal siswa dikenalkan dengan membaca dalam hati, pertanyaan yan diberikan berupa pertanyaan ingatan. Makin mengkatkan kelasnya, pertanyaan pikiran harus mendapat perhatian gauru, sebab dengan cara ini akan lebih mendorong siswa untuk giat membaca.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakn membaca dalam hati adalah sebagai berikut:
1. Guru menerangkan kata-kata yang diperkirakan sulit atau baru bagi siswa. Sebagai variasi dan menghindarkan ketergantungan siswa terhadap penjelasan guru, dapat ditempuh dengan jalan memberikan daftar kata-kata sulit atau kata-kata baru dan siswa dilatih mempergunakan kamus untuk mencari kata-kata tersebut
2.Guru member waktu 15 menit untuk membaca dalam hati suatu bacaan yang disajikan, sebaiknya bacaan yang berisi masalah baru. Waktu yang disediakan tergantung pada panjang pendeknya bacaan tersebut.
3. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh untuk menutup bacaan yang sudah dibaca, untuk menghidari siswa membaca kembali bacaan tersebut pada waktu ia menjawab pertanyaan bacaan.
4. Guru memberikan pertanyaan mengenai bacaan, baik petanyaan ingatan maupun pertanyaan pikiran. Jawaban dapat disampaikan secara lisan untukmelatih keberanian siswa berbicar. Dapat pula secara tertulis untuk melatih kecermatan siswa dalam menulis.
Dalam praktek sehari-hari setelah langkah-langkah di atas dilakukan, biasanya dilanjutkan dengan membaca teknis atau membaca bahasa.
Catatan:
1.    Merupakan cacat membaca dalam hati bila:
2.    Membaca dengan suara berbisik/bergumam
3.    Bibir bergerak-gerak
4.    Kepala bergerak-gerak kekiri dan kekanan mengikuti baris-baris bacaan atau
5.    Menunjuk dengan jari, pensil, dan lain-lain
c. Membaca Cepat
Dalam kurikulum 2004 tertulis membaca intensif, membaca sekilas, dan membaca ekstensif. Semuanya itu dapat masuk ke dalam jenis membaca cepat. Tujuan yang hendak dicapai melalui membaca ceapt ialah melatih kecepatan gerakan mata pera siswa pada saat membaca. Membaca cepat perlu diajarkan kepada para siswa, karena pada saatnya kelak siswa harus dapat membaca suatu pengumuman, pemberitahuan, berita, dan tulisa-tulisan lain dalam waktu yang cepat.
Dalam kehidupan sehari-hari membaca cepat sangat dibuthkan karena pada abad informasi ini kita dihadapkan pada berbagai sumber informasi yang sangat banyak jumlahnya dan tentunya kita tidak tertinggal informasi. Pada tahap permulaan mengenalkan membaca cepat kepad siswa kelas II dan IV sekolah dasar, bahan bacaan hndaknya yang pernah dibaca siswa supaya tidak terhambat oleh istilah yang belum dikenal. Pada kelas ini para siswa sudah mampum membaca dengan baik dan lancer. Sedangkan paa kelas V dan VI dapat dilakukan 3(tiga) kali dalam sebulan karena mustahil seseorang dapat membaca cepat tanpa latihan yang intensif dan berkesinambungan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan membaca cepat adalah sebagai berikut:
1.    Untuk menghindari pemusatan perhatian dan melangkh mundur, guru membicarakan bagian yang diperkirakan sulit
2.    Siswa diberi kesempatan membaca suatu bacaan dengan cepat dalam waktu yang ditentukan
3.    Siswa diberi tugas menyebutkan/menulis bagian bacaan yang penting, mungkin berpa kata kunci, kalimat, atau paragaraf
4.    Pada bagian akhir membaca cepat, guru memberikan tes untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menangkap isi bacaan.
5.    Kalau seorang siswa dapat membaca cepat namun tidak memahami isi bacaan tersebut, maka tujuan membaca cepat tidak tercapai.
Catatan:
§ Untuk mengetahui kecepatan rata-rata membaca siswa hitunglah dengan rumus:
  Jumlah kata yang dibaca
                                       x 60 = kata/menit
  Jumlah detik waktu membaca
§ Untuk menghitung kecepatan efektif:
  Jumlah kata yang dibaca
   ____________________ x % pemahaman isi bacaan= kata/menit
  Waktu tempuh data
Contoh:
Siswa yang berhasil membaca 600 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawa 3 buah pertanyaan bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya kecepatan efektif siswa tersebut= 300 kata x 60% = 180 kata per menit.
d. Membaca Bahasa
Membaca memindai, dalam kurikulum 2004, dapat digolongkan dalam membaca bahasa.
Tujuan yang hendak dicapai dengan membaca bahasa ialah untuk menambah ketrampilan siswa dalam menggunakan makan bahasa, makna kalimat/ kata yang diguanakn dalam konteks kalimat tertentu, penggunaan suatu kata dalam konteks yang berbeda-beda, ketepatan penggunaan imbuhan, tanda baca, dan susunan kata/kalimat. Membaca bahasa sudah dapat diajarkan kepada siswa kelas III sekolah dasar, sebab pada tahap ini siswa sudah mulai lancer membaca. Mula-mula bahan yang dibaca adalah bacaan yang pernah diajarkan kepada siswa, kelas IV, V dan VI guru perlu mencari bacaan lain yang belum pernayh diajarkan.
Dalam kegiatan membaca bahasa, guru perlu menanyakan:
1.    Arti kata yang digunakan dalam pelajaran dan penggunaan kata tersebut dalam kalimat lain
2.    Tepat atau tidaknya pemakaian kata dalam situasi yang digambarkan dalam suatu pelajaran
3.    Pengguanaan awalan, akhiran, dan sisipan
4.    Penggunakaan awalan, akhiran dan sisipan
5.    Penyusunan kata/kalimat baru yang lain
e. Membaca Indah (Estis)
Pokok masalah dalam membaca indah ialah cara membaca yang menggambarkan penghayatan keindahan dan keharuan yang terdapat pada bacaan. Dengan membaca indah siswa digugah rasa estetiknya untuk terus diasah. Dalam kurikulu 2004 membaca indah dikaitkan dengan apresepsiasi sastra. Di sekolah dasar biasanya membaca indah bersuara, misalnya membaca puisi.
Langkah-langkah yan dilakukan dalam membaca indah
1.    Diberi tugas membaca dalam hati suatu bacaan; untuk dapat memahami isi bacaan dan siswa menghayati isi bacaan dan memiliki persiapan pengungkapan diri pada waktu membaca indah.
2.    Pertanyaan ringan diajukan untuk mengetahui atau menyeragamkan pemahaman siswa terhadap bacaan yang disajikan
3.    Bersama siswa dibahas kesukaran bahasa yang ada agar tidak mengganggu pemahaman.
4.    Guru memberikan contoh membaca yang baik, siswa ditugaskan menandai bacaan yang perlu dibaca dengan suara lemah, kuat, atau cepat dan lambat.
5.    Siswa diberi kesempatan untuk membaca bacaan tersebut dengan ekspresi yang tepat.

f. Membaca Bebas
Tujuan membaca bebas ini ialah untuk menumbuhkan kegemaran membaca dan menambah pengetahuan. Di samping itku membaca juga merupakan rekreasi. Latihan membaca bebas pada hakekatnya bertujuan untuk menanamkan kegiasaan membaca. Degnan membaca bebas ini siswa dimotivasi untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca.
Guru dapat mengontrol membaca bebas ini dengan menugaskan siswa menuliskan lapoaran dari buku yang telah dibaca, misalnya dengan menuliskan ringkasa isi atau pesan dari buku tersebut, kesimpulan dari bacaan tersebut, sdb.

3.    CARA PENILAIAN MEMBACA
Salah satu kegiatan yhang ikut menentukan keberhasilan belajar mengajar ialah penilaian, baik yang menyangkut penilaian program, kegiatan, dan hasil proses belajar mengajar. Lingkup kegiatan ini amat luas karena itu pada kesempatan ini perhatian dipusatkan pada penilaian terhadap kemajuan anak dalam PBM, terutama penilaian pelajaran membaca.
Sebagai pelaksanaan kegiatan pelajaran membaca di kelas III sampai kelas VI sekolah dasar penilaian tentu sangat berkaitan dengan tiap-tiap jenis teknik membaca.
a. Membaca teknis
Dalam membaca teknis yang dinilai ialah:
1.    Ketepatan ucapan atau lafal
2.    Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat sebagai pemakaian bahasa dalam kehidupan sihari-hari
3.    Kelancaran siswa dalam membaca.

b. Membaca dalam hati
Hal-hal yang harus diperhatikan ialah:
1.    Kemampuan siswa menangkap isi wacana, baik yang tersurat maupun yang tersirant.
2.    Kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasanya sendri
3.    Kemampuan menemukan pikiran pokok setiap paragraph
4.    Kemampuan menemkan idea tau pengertian pokok wacana
5.    Kemampuan menjawab pertanyaan dengan lengkap
6.    Kemampuan mengatasi kebiasaan tidak efisien atau cacat dalam membaca.
c. Membaca bahasa
Hal-hal yang dinilai berkaitan dengan unsure-unsur kebebasan yang diperlukan dalam membaca.
1.    Ketepatan pemakaian kata, stuktur kalimat, dan penyusunan paragaraf
2.    Pemakaian ejaan yang benar
3.    Pemakaian tanda baca yang tepat.
d. Membaca indah
Hal-hal yang dinilai meliputi
1.    Pemahaman terhadap wacana
2.    Ketepatan ucapan atau lafal, nada, irama, lagu kalimat
3.    Kuat dan lemah, keras atau lambat suara
4.    Pengahayatan dan penjiwaan
5.    Penampilan atau ekspresi pada waktu membaca.
e. Membaca bebas
Penilaian terhadap membaca bebas hendaknya bersifat mendorong pribadi siswa/kelas dalam menumbuhkan kegemaran membaca. Guru memberikan tugas-tugas yang dapat memberikan gambaran keaktifan, ketelitian, dan kerajinan siswa. Yang dinilai antar lain hasil laporan bacaan, rangkuman isi wacana, hasil diskusi kelompok mengenai buku atau wacana yang dibaca, dan sebagainya.
Dalam setiap jenis membaca, guru hendaknya telah mempunyai skala penilaian berdasarkan materi yang akan dinilai. Hai ini untuk memperkecil perasaan guru ikut dalam menilai, misalnya rasa suka/tidak suka sehingga menimbulkan kesan piklih kasih. Sebagai contoh saja, skala penilaian dalam menilai membaca teknis:
Ketepatan ucapan atau lafal
Ketepatan nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat                        = 3
Kewajaran nada, irama, lagu, dan intonasi kalimat                       = 3
Sebagai pemakaian bahasa dalam kehiupan sehari-hari                = 4 +
                                                                      Jumlah                      = 10

4.    UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA
Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca antara lain:
1.    Penyelenggaraan jam-jam cerita di perpustakaan sekolah
2.    Pemberian tugas membaca
3.    Peberian tugas pembuatan abstraksi
4.    Pemotivasian penyelenggaraan majalah dinding
5.    Penyelenggaraan pameran buku yang dikaitkan dengan perngatan hari-hari besar nasional dan agama
6.    Penyelenggaraan lomba pembuatan kliping
7.    Pemotivasian penerbitan majalah atau bulletin sekolah
8.    Pemberian bimbiangan teknis membaca
9.    Dari semua kegiatan yang dilaksanakan diatas, tidak aka nada artinya kalau tidak didukung oleh para guru. Guru mempunyai peranan penting untuk meningkatkan minat baca siswanya.

C. SIMPULAN
Kemampuan dan ketrampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan lain yang lebih tinggi. Karena itu pengajaran membaca disekolah dasar harus dilaksanakn dengan penuh kesungguhan sehingga member manfaat bagi siswa dalam pengembangan kemampuan dan ketrampilan lain.
Kesabaran dan ketelatenan guru dalam membimbing, mengarahkan, an melatih siswa sangan berperan dalam mendorong siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan diketahuinya teknik-teknik membac, langkah-langkah pelaksanaan, dan upaya untuk meningkatkan minat baca, maka diharapkan guru dapat mengambil perannya sebagai pendidik yang mendorong siswanya untuk gemar membaca.

Rabu, 10 Juni 2015

MASALAAH PENDIDIKAN ABSTRAK

MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

ABSTRAK
Pendidikan mempunyai tugas yang sangat penting menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?.
Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untus pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

Kata Kunci : Pendidikan

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN.

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.
Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Adanya biaya pendidikan yang mahal, menyulitkan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang terancam putus sekolah. Oleh karena itu, sangat lah di perlukan peningkatan dana pendidikan di Indonesia agar dapat membantu masyarakat Indonesia yang kurang mampu melalui program beasiswa, orang tua asuh, dan dapat juga dengan pembebasan biaya pendidikan


LANDASAN TEORI

1.Penyelenggaraan Pendidikan Yang Berkualitas

”Pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”.
Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.
2. Privatisasi Dan Swastanisasi Sektor Pendidikan
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Dalam APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.
Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.
Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Perancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.
3.Pendidikan Indonesia Ke Depan
Pergantian kepemimpinan menghasilkan perubahan kurikulum, nasib guru yang dikesampingkan, pembiayaan dalam mengenyam pendidikan, alokasi anggaran, dan masih banyak rentetan permasalahan lain yang sebenarnya telah menyebabkan kebobrokan dalam sistem pendidikan kita.
Kita ternyata sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara lain. Pendidikan yang maju tersebut tentunya berkaitan juga dengan paradigma mengenai pendidikan yang dijadikan input sehingga sudah terlebih dulu digenjot. Pemerintah juga setidaknya membuat kondisi dunia pendidikan Indonesia menjadi lebih akomodatif dan mampu diikuti oleh siswa-siswa didik. Dalam hal pembinaan pendidikan, seharusnya tidak melupakan aspek SQ dan EQ-nya. Dalam hal sarana prasarana juga harus lebih ditingkatkan lagi.
Sebagai sekadar perbandingan adalah di negara Finlandia. Para guru diambil dari lulusan yang kompeten dan berkualitas. Tujuan menjadi guru di Finlandia bukan semata hanya karena buangan tidak diterima pada fakultas favoritnya, tetapi memang benar-benar tertuju untuk menjadi seorang guru. Guru diberi suatu kebebasan untuk membuat kurikulum dan sistem pembelajarannya sendiri. Dengan sektor pendidikannya yang maju, Finlandia mendapatkan SDM yang mumpuni untuk menggenjot dalam sektor perindustriannya

4. Masalah Pendidikan Di Indonesia
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.Banyak sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Adanya biaya pendidikan yang mahal, menyulitkan sebagian masyarakat Indonesia yang kurang mampu. Hal ini dapat mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang terancam putus sekolah. Oleh karena itu, sangat lah di perlukan peningkatan dana pendidikan di Indonesia agar dapat membantu masyarakat Indonesia yang kurang

PENUTUP

Pergantian kepemimpinan menghasilkan perubahan kurikulum, nasib guru yang dikesampingkan, pembiayaan dalam mengenyam pendidikan, alokasi anggaran, dan masih banyak rentetan permasalahan lain yang sebenarnya telah menyebabkan kebobrokan dalam sistem pendidikan kita. Kita ternyata sangat jauh ketinggalan dengan negara-negara lain. Pendidikan yang maju tersebut tentunya berkaitan juga dengan paradigma mengenai pendidikan yang dijadikan input sehingga sudah terlebih dulu digenjot. Pemerintah juga setidaknya membuat kondisi dunia pendidikan Indonesia menjadi lebih akomodatif dan mampu diikuti oleh siswa-siswa didik.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yg sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah.Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintahemerintah

ARTIKEL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan di dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem PendidikanNasional Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.

Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar. Di sekolah inilah anak didik mengalami proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, secara umum pengertian sekolah dasar dapat kita katakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar dan mendasari proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia tujuh tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik. Kita seharusnya memahami pengertian sekolah dasar sehingga dapat mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan di tingkat ini. Walaupun, kita pengenal pendidikan anak usia dini (PAUD), tetapi setidaknya mereka lebih mengedepankan untuk melatih anak bersosialisasi dengan teman dan masyarakat, bukan untuk mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang mengarah pada pemahaman pengetahuan. 

Tujuan Pendidikan Dasar

Berkenaan dengan tujuan operasional pendidikan SD, dinyatakan di dalam Kurikulum Pendidikan Dasar yaitu memberi bekal kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar dapat diuraikan secara terperinci, seperti berikut :
  1. Memberikan Bekal Kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung. 
  2. Memberikan Pengetahuan dan Ketrampilan Dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
  3. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pendidikan di SLTP.  
Sekolah Dasar Sebagai Pendidikan Dasar
Pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama. Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan hal paling hakiki dalam kehidupan. Kita membutuhkan sikap-sikap hidup yang positif agar kehidupan kita lancar. Kita juga membutuhkan dasar-dasar pengetahuan agar setiap kali berinteraksi tidak ketinggalan informasi. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan. Di sekolah dasar, kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut. Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya. Pengertian sekolah dasar sebagai basis pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua orang sehingga mereka dapat mengikuti pola pendidikannya. Tentunya, dalam hal ini, kegiatan pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya. Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi.

Selasa, 09 Juni 2015

REVERENSI SANG PENCERAH

Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan Muda dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan.
Film ini menjadikan sejarah sebagai pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerja sama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang. 1. Sang Pencerah mengungkapkan sosok Pahlawan Nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui  publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, Lelaki Tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. 2. Versi novel kisah ini ditulis oleh wartawan-sastrawan Akmal Nasery Basral Fiksi Terbaik Islamic Book Fair Award 2011.
SINOPSIS : Sepulang dari Mekkah, Darwis muda (Muhammad Ihsan Tarore) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng kea rah sesat, Syirik dan Bid’ah.
Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka’bah di Mekkah, melainkan ke Afrika. Usul itu kontan membuat para kiai, termasuk Penghulu Cholil Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo ), meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota Mekkah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad lampau.
Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan ( Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.
Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebisaan penduduk dikampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta. “Dalam berdoa itu Cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen.” Katanya. Walhasil Dahlan dimusuhi.
3. Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, bahkan sampai hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan  aliran sesat.
Dahlan, yang piawai bermain biola, dianggap kontroversial. Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta.
Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawn hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan priyayi Jawa di Budi Utomo. Tapi tunduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca).
Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid-murid setianya : Sudja (Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adhiswara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
PRODUKSI : Sabagai sutradara, Hanung juga dituntut untuk menghidupkan atmosfer dan lanskap Yogyakarta pada akhir 1800-an. Selain dilakukan di Yogyakarta, syuting digelar di Musium Kereta Api Ambarawa dan kompleks Kebun Raya Bogor yang disulap menjadi Jalan Malioboro lengkap dengan Tugu Yogyakarta pada zaman itu. Hanung juga mengembalikan dan mereka ulang bangunan Masjid Besar Kauman, Kota Gede, Bintaran , dan Wilayah Keraton seratus tahun silam dengan bangunan set lokasi serealistis mungkin. Di beberapa adegan, misalnya saat Dahlan beribadah Haji, Hanung juga menggunakan potongan film dokumenter lama koleksi Perpustakaan Nasional.
Dana yang dikeluarkan untuk pembuatan film ini lumayan besar, sekitar 12 Miliar. Selain itu, biaya besar dibutuhkan untuk kostum pemain. Misalnya, pakaian batik yang dikenakan pemain mesti sesuai dengan batik pada 1900 tahun. Jarik atau kain panjang  sengaja didesain khusus untuk film Sang Pencerah sesuai dengan motif yang memang dikenal pada 1900-an termasuk perlengkapan sorban yang sengaja dibuat sendiri untuk keperluan syuting.
PEMERAN : Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Zaskia Adya Mecca sebagai Siti Walidah, Slamet Rahardjo sebagai Kyai Penghulu Kamaludiningrat, Giring Ganesha sebagai Sudja Ihsan, Taroreh sebagai Darwis Muda.
REVERENSI : Pembuatan filmnya ‘Sang Pencerah’ Kisah Sang Panutan Bangsa. Detik Hot Movie ‘Ahmad Dahlan’, dari Kauman untuk Indonesia, Kompas 15 September 2010 ‘a b Jejak Langkah Ahmad Dahlan, Koran Tempo 8 September 2010 ’21 Cineplex= Sinopsis “Sang Pencerah”. 


TEORI KOGNITIVISME

1. Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme
A.  Kelebihannya yaitu :
menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
B.  Kekurangannya yaitu :
 teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan  sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
2. Kekurangan Dan Kelebihan Teori Behavioristik
A.   Kekurangan
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan hukuma sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan
siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
B.   Kelebihan
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh :
Percakapan bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya       


 3. Kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernetik
Menurut Budiningsih 2005, kelebihan dari teori belajar sibernetik sebagai berikut :
a.       Cara berpikir berorientasi pada proses lebih menonjol
b.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
c.       Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
e.       Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
f.       Control belajar (conten control, pace control, display control, dan conscious cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing – masing individu (prinsip perbedaan individual terlayani)
g.      Balikan informative memberikan rambu – rambu yang jelas tentang tingkat untuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
4. Kekurangan
 Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagainama proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh system informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta (Pask dan Scott, dalam budiningsih, 2005).
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini..
 5. Kekurangan Dan Kelebihan Teori Humanistik
A.   Kelebihan:
·         Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadapfenomenasocial.
·         Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar.
·         Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
B.   Kekurangan:
·         Bersifat individual.
·         Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yangmendukung.
·          Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis


MODEL PEMBELAJARAN FRAGMENTED

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sekarang ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melakukan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tentang Standar Nasional Pendidikan ( SNP ). SNP adalah kreteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Negara kesatuan Indonesia. PP no.19 memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan , meliputi (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; (h) sarana penilaian pendidikan.
Penjabaran standar-standar tersebut diatur dalam sejumlah peraturan pemerintah. Khusus mengenai standar isi, dalam PP no.19 tahun 2005, pasal 6;ayat (1) dinyatakan bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BNSP, standar isi mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
2.      Beban belajar bagi peserta didik pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah.
3.      Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi.
4.      Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum khusus mengenai struktur kurikulum SD/MI, salah satunya ditentukan bahwa pembelajaran pada kelas I sampai kelas III dilaksanakan melalui pendektan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Substansi mata pelajaran IPA SD/MI merupakan IPA terpadu. (BNSP, 2006).
Dengan dikeluarkannya berbagai peraturan pemerintah sejak tahun 2005 sampai 2007 mengenai pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tersebut, maka dilapangan gurulah yang menjadi ujung tombak dalam pengimplementasiannya. Bagi guru SD yang mengajar kelas I s.d. III dalam melaksanakan pembelajarannya mengacu pada ketentuan yang dicantumkan dalam rangka kurikulum yang dinyatakan :“bahwa pembelajaran di kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik”.
 Pendekatan tematik ini merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum terpadu. Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai isu sentral pembelajaran yang di dalamnya tercakup beberapa mata pelajaran yang dipadukan. Berdasarkan acuan tersebut, maka guru SD di kelas I-III, khususnya harus memahami  apa  itu  kurikulum  terpadu  dan  bagaimana implementasinya  dalam pembelajaran  di  kelas.

B.    Tujuan
Adapun tujuan dari kajian makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Mendeskripsikan hakikat kurikulum terpadu,
2.      Mendeskripsikan hakikat pembelajaran terpadu,
3.        Menyebutkan kelebihan dan keterbatasan pembelajaran terpadu,
4.        Mendeskripsikan  pembelajaran terpadu model Fragmented (terpisah)



BAB II
PEMBELAJARAN TERPADU (FRAGMENTED)


A.    Pengertian , Prinsip Dasar dan Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
1)        menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest).
2)        menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Berikut ini dikemukakan pula  prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi :
1)        prinsip penggalian tema
2)        prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
3)        prinsip evaluasi
4)        prinsip reaksi

Hilda Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa: Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, diantaranya:
1.        Berpusat pada anak (studend centerd).
2.        Memberi pengalaman langsung pada anak.
3.        Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4.        Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
5.        Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
6.        Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.

B.    Pembelajaran Terpadu model Fragmented
Seperti halnya telah disebutkan oleh Fogarty bahwa dalam pembelajaran terpadu terdapat sepuluh model yang diantaranya adalah Fragmented ( terpisah), untuk mengetahui bagaimana katrakteristik model fragmented ini maka perlu dilakukan beberapa kajian sebagai berikut :
1.     Apakah pengertian model Fragmented ( terpisah)
Model Fragmented merupakan pengaturan kurikulum tradisional yang menentukan disiplin ilmu yang terpisah dan berbeda. Artinya model ini memisahkan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain baik waktu, pelaksaan pembelajaran meskipun pelajaran tersebut masih dalam inter disiplin ilmu. Biasanya, dalam bidang akademik utama seperti matematika, sains, seni bahasa dan ilmu sosial. Seni rupa dan seni tari mengambil subjek yang tersisa dari seni, musik dan pendidikan jasmani yang sering dianggap “ soft subjects” bila dibandingkan dengan “hard core” bidang akademik. Pengelompokan lain menggunakan kategori disiplin ilmu Humaniora, Ilmu Pengetahuan, Seni tari, dan seni rupa. Dalam standar kurikulum, area subyek ini diajarkan dalam isolasi, dengan tidak berusaha untuk menghubungkan atau mengintegrasikan mereka. Masing-masing dilihat sebagai entitas murni dalam dan dari dirinya sendiri. Meskipun mungkin ada tumpang tindih baik dalam ilmu-ilmu fisika dan kimia, hubungan antara keduanya secara implisit, tidak secara eksplisit, mendekati melalui kurikulum.

2.     Apa saja keuntungan pembelajaran dengan metode fragmented?
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual  anak meliputi tahapan:
a)        sensori-motor
b)        pra operasional
c)        operasional konkrit
d)       operasi formal
Anak-anak usia ini (2-8 th) berada pada tahapan  pra operasional dan  konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran dikelas  hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun  ebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman kehidupan, dan lingkungannya.
Salah satu keuntungan dari model fragmented ini adalah kemurnian dari setiap disiplin ilmu, selain itu guru mempersiapkan dengan baik sebagai ahli dalam suatu bidang tertentu dan memiliki kewenangan menggali subyek mereka dengan baik luas dan mendalam Artinya, ketika suatu mata pelajaran disampaikan dengan pembelajaran terpadu menggunakan metode fragmented, materi atau konsep dari ilmu tersebut akan disampaikan secara jelas dan mendalam karena guru telah merencanakan dan mengusai materi secara mendalam. Selain itu model tradisional ini juga menyediakan sebuah zona kenyamanan bagi semua pihak karena mewakili norma. Ada nilai dalam memeriksa satu disiplin atau subjek sebagai entitas yang terpisah dan berbeda untuk mengungkap atribut kritis dari masing-masing bidang diskrit. Meskipun terpecah-pecah, model ini tidak memberikan pandangan yang  jelas dan terpisah dari disiplin ilmu. Para ahli dapat dengan mudah menyaring keluar prioritas bidang studi sendiri. Selain itu, dalam model ini siswa menyadari manfaat bekerja dengan seorang mentor.

3.     Apa saja kelemahan pembelajaran dengan metode fragmented?
Beberapa kelemahan dari model fragmented ini adalah pelajar diberikan tugas yang sangat berat untuk menghubungkan atau mengintegrasikan konsep yang dipelajari secara sendiri. Selain itu, overlap konsep, keterampilan dan sikap pelajar tidak diperhatikan dan proses pembelajaran pada situasi yang nyaman (roman) kemungkinan sedikit terjadi. Untuk pelajar yang kurang pengawasan dalam menghubungkan kedua konsep antar atau lintas disiplin ilmu adalah melihat beberapa penelitian terbaru pada proses pembelajaran sebagai pengalihan panggilan untuk penghubung yang jelas. Dalam disiplin ilmu berbasis model ini, siswa dapat dengan mudah terjebak dalam tugas atau pekerjaan yang berat. Meskipun setiap guru memberikan jumlah yang wajar, efek kumulatif dapat datang luar biasa bagi para siswa.


4.     Kapan model fragmented digunakan ?
Model Fragmented merupakan konfigurasi kurikulum yang bermanfaat bagi sekolah-sekolah besar dengan populasi beragam di mana tentu saja dengan berbagai fasilitas yang menyediakan suatu spektrum sehingga subyek dapat menargetkan kepentingan-kepentingan khusus. Hal ini paling berguna pada tingkat universitas di mana siswa melakukan pelaksanaan pembelajaran di jalur studi khusus yang memerlukan pengetahuan para ahli untuk mengajar, mentoring, pembinaan, dan berkolaborasi. Sebelum tingkat universitas, model ini membantu guru, dalam persiapan sehingga dapat lebih terfokus. Ini adalah model yang baik bagi para guru yang ingin meneliti dengan hati-hati prioritas kurikulum sebelum menggunakan model lintas departemen untuk perencanaan lintas disiplin.
Hal yang perlu diingat dari model fragmented ini adalah bahwa tidak ada usaha untuk menghubungkan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lainnya. Dalam prakteknya model ini bisa terlihat dari cara guru mengajar dikelas yang mengelompokkan atau memisahkan pelajaran satu dengan yang lain. 



BAB III
KESIMPULAN


Pembelajaran  terpadu  dapat  dipandang  sebagai  suatu  pendekatan  dalam merancang  bentuk  aktivitas  belajar-mengajar. Secara  struktur  sama dengan program satuan pembelajaran untuk satu pokok bahasan/ materi pokok dalam silabus, hanya muatan materinya dan konteksnya berbeda, yaitu berasal dari beberapa pokok bahasan  untuk satu mata pelajaran  atau bahkan  antar pokok bahasan dari dua atau lebih mata pelajaran. Sesuai dengan Fogarty yang menyatakan kesepuluh model dalam pembelajaran terpadu, tentunya masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurang dalam implementasi dilapangan. Seperti model Fragmented dengan semua kelebihan dan kelemahannya, semua dapat dimaksimalkan dengan kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga meminimalkan semua kelemahan yang ada pada masing-masing model terutama pada model fragmented.

Pengertian Kurikulum Model Fragmented
Eureka Pendidikan. Kurikulum model fragmented disebut juga kurikulum mata pelajaran terpisah (Separated Subject Curriculum). Separate-subject curriculum  merupakan  kurikulum yang bahan pelajarannya disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain.
Model fragmented (terpisah) merupakan suatu pendekatan belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengaitkan dengan mata pelajaran lain. Seperti sebuah periskop, memandang satu arah, fokus pada setiap mata pelajaran.Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan makna/isi dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya(Fogarty, 1991: 4). Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang terpisah satu sama lainnya (separated subject curriculum) dimana mata pelajaran tersebut terpisah-pisah  dan kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lainnya (Abdullah, 2007:142).
Pendekatan  mata pelajaran bertitik tolak dari mata pelajaran (subject matter) seperti Ilmu Bumi, Sejarah, Ekonomi, Ilmu Biologi, Ilmu Kimia, Ilmu Alam, Ilmu Berhitung, Ilmu Aljabar, Menyanyi, Menggambar, Olahraga, Pekerjaan Tangan, dan sebagainya. Oleh karena masing-masing pelajaran berdiri sendiri dan tidak mempunyai hubungan maupun kaitan satu dengan lainnya, maka setiap pelajaran cenderung menganggap dirinya yang paling penting (Hamalik, 2013: 32).
Pada model fragmented antar pelajaran tidak memiliki hubungan atau dikaitkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran tampak sebagai suatu kesatuan dalam bidang studi itu sendiri, memiliki ranahnya masing-masing, dan tidak ada usaha untuk menyatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru (Fogarty, 1991:4).
Dalam standar kurikulum, wilayah-wilayah subjek (bidang kajian) diajarkan secara terpisah dengan tidak ada upaya untuk menghubungkan atau mengintegrasikan bidang kajian tersebut. Setiap bidang kajian dipandang sebagai entitas murni, berdiri sendiri, dan memiliki standar konten terpisah dan berbeda. Meskipun terdapat tumpang tindih antara fisika dan kimia, hubungan antara keduanya secara implisit, tidak eksplisit dan hubungan kajian tersebut  tidak  didekati melalui kurikulum (Fogarty, 1991:4). Pengorganisasian kurikulum ini telah dilaksanakan sejak lama hingga sekarang masih dipertahankan mulai dari SD sampai PT. Setiap mata pelajaran disusun secara terpisah satu sama lain dengan waktu yang dibatasi dan dipegang oleh guru baik oleh bidang studi maupun guru kelas (Dakir, 2004: 37).
Kurikulum mata pelajaran dapat menetapkan syarat minimum yang harus dikuasai anak sehingga peserta didik bisa naik kelas. Biasanya bahan  belajaran dan textbook merupakan alat dan sumber utama pelajaran (Abdullah, 2007: 142). Hal ini berarti dapat dilakukan penyeragaman materi atau bahan ajar dalam satu sekolah, bahkan satu negara.
Konsekuensi yang diterima dari penggunaan  kurikulum  model ini adalah  peserta didik harus semakin banyak mengambil mata pelajaran serta terjadi tumpang tindih konsep dari dua mata pelajaran atau lebih (Abdullah, 2007: 142).  Namun, melihat kenyataannya bahwa model ini telah digunakan dalam waktu yang sangat lama dan sampai sekarang masih digunakan, hal ini membuktikan bahwa hingga saat ini keuntungan yang ditawarkan model ini masih bisa menekan kekurangannnya.

Berdasarkan keterangan di atas, kurikulum dengan pendekatan fragmented (terpisah) merupakan kurikulum dimanabahan pelajaran disajikan dalam bentuk subject atau matapelajaran yang utuh tanpa ada keterkaitan dengan matapelajaran lain. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru dan waktu yang berbeda. Selain itu, memungkin juga dilakukan dalam ruang yang berbeda pula.


Keuntungan Kurikulum Model Fragmented

Keuntungan yang diperoleh dalam pelaksanaan kurikulum model fragmented adalah esensi dari masing-masing ilmu dapat disampaikan secara murni. Selain itu,  guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya (Fogarty, 1991: 5). Oleh karenanya, guru mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
Selain keuntungan di atas, kurikulum model fragmented atau kurikulum separated subject juga memiliki keuntungan-keuntungan yang lainnya diantara lain adalah sebagai berikut.
  1. Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis. Tiap mata pelajaran mengandung sistematik tertentu.
  2. Organisasi kurikulum fragmented sederhana, mudah, direncanakan, dan dilaksanakan karena perubahan satu mata pelajaran tidak berpengaruh pada mata pelajaran lainnya.
  3. Kurikulum fragmented mudah dinilai. Kurikulum fragmented bertujuan untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan, pengertian, dan kecakapan-kecakapantertentu yang mudah dinilai dengan ujian atau tes. Adakalanya bahan pelajaran ditentukan dengan menetapkan buku-buku pelajaran yang harus dikuasai untuk suatu daerah, bahkan untuk seluruh negara, sehingga dapat diadakan ujian umum yang uniform di seluruh negara.
  4. Kurikulum fragmented  juga dipakai di perguruan tinggi. Jenjang pendidikan tertinggi adalah perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi menggunakan organisasi kurikulum yang bersifat mata pelajaran yang terpisah-pisah.
  5. Kurikulum fragmented telah dipakai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi.
  6. Kurikulum fragmented lebih memudahkan guru. Sistem perkuliahan di perguruan tinggi menggunakan kurikulum ini sehingga guru cenderung nyaman apabila mengajar ilmu pengetahuan yang sudah dikuasai sebelumnya.
  7. Kurikulum fragmented mudah diubah. Perubahan kurikulum dicapai dengan cara menambah atau mengurangi jumlah, isi, atau jenis matapelajaran sesuai dengan permintaan zaman.
  8. Organisasi kurikulum yang sistematis seperti yang dimiliki oleh subject-curriculum esensial untuk menafsirkan pengalaman. Organisasi tersebut menghemat waktu dan tenaga (Nasution, 2003: 181).

Berdasarkan uraian di atas, model fragmented menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan mata pelajaran yang lainnya. Oleh karena itu model fragmentedmenyiapkan seorang guru yang pakar atau ahli di bidang mata pelajaran yang diajarkan dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi tersebut secara luas dan mendalam. Keuntungan di atas juga memberi pengaruh besar sehingga model kurikulum  fragmented  banyak digunakan dan bertahan dalam waktu yang sangat lama.

Kerugian Kurikulum Model Fragmented

Meskipun kurikulum fragmented umum digunakan dimanapun serta telah bertahan bertahun-tahun, namun adapula kelemahan yang menyebabkan kerugian dalam penggunaan model kurikulum ini dilihat dari segipendidikan modern.

Kekurangan yang sangat menonjol dalam model fragmented tidak adanya penjelasan dalam keterkaitan konsep antar matapelajaran karena masing-masing matapelajaran seolah-olah terpisah satu sama lain. Selain itu, menyisakan beban kepada peserta didik untuk mengerahkan sumber dayanya sendiri dalam hal membuat koneksi dan mengintegrasikan konsep serupa (Fogarty, 1991: 6). Oleh karena itu, seakan terjadi konsep ganda dalam pembahasan konsep yang sama dilihat dari dua matapelajaran.

Keterangan di atas selaras dengan pendapat Nasution (2003: 185), bahwa kurikulum model fragmented atauseparate-subject memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Kurikulum fragmented memberikan mata pelajaran yang terpisah (tidak berhubungan satu sama lain). Hal ini bertentangan dengan situasi kehidupan nyata yang saling berhubungan satu sama lain.
  2. Kurikulum fragmented tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam praktiknya, kurikulum fragmented bertujuan menyampaikan sejumlah pengetahuan yang terdapat dalam buku-buku pelajaran yang ditentukan. Seringkali bahan pelajaran tersebut tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya.
  3. Kurikulum fragmented menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis.
  4. Tujuan kurikulum fragmented terlampau terbatas. Kurikulum fragmented kurang memperhatikan pertumbuhan jasmaniah, perkembangan sosial, dan emosional karena memusatkan tujuannya pada perkembangan intelektual dengan kurang memperhatikan situasi-situasi nyata yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan.
  5. Kurikulum fragmented kurang mengembangkan kemampuan berpikir karena mengutamakan penguasaan pengetahuan dengan jalan ulangan dan hafalan, serta kurang mengajak peserta didik untuk berpikir sendiri.
  6. Kurikulum fragmented cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman. Bahan pelajaran dalam kurikulum ini terutama didasarkan pada pengetahuan yang tercantum dalam buku. Adakalanya buku yang digunakan dari tahun ketahun tidak ada perubahan.